CONJUGATED LINOLEIC ACID SUSU DAN PENCEGAHAN TERHADAP BERBAGAI PENYAKIT BERBAHAYA

Penulis: Naniek R.

Susu dari ternak ruminansia merupakan komponen penting dalam diet manusia selama ribuan tahun. Ruminansia mempunyai kemampuan yang unik untuk mengambil bahan organik yang tidak dikonsumsi oleh manusia dan mengubahnya menjadi susu, makanan dengan nilai gizi tinggi. Nenek moyang kita belajar mengeksploitasi potensi ini melalui domestikasi berbagai spesies ruminansia seperti sapi, domba, kambing, dan kerbau.
Lemak merupakan komponen penting dalam susu dengan fungsi utama sebagai sumber energi, komponen nutrien esensial dalam diet serta bisa memberikan cita rasa yang enak pada makanan. Lemak susu merupakan komplek lipid yang mengandung lebih dari 400 asam lemak.
Sebagian besar lemak susu tersebut diesterifikasi menjadi gliserol sebagai triasilgliserol yang menyusun 97-98 % lemak susu. Sisanya terdiri atas sejumlah kecil phospholipid, kolesterol, ester kolesterol, diasigliserol, monoasilgliserol dan asam lemak bebas. Didalam lemak susu juga mengandung beberapa komponen pangan fungsional seperti eicosapentaenoic acid (EPA), docosahexaenoic acid (DHA) dan conjugated linoleic acid (CLA).
Produk ternak ruminansia seperti susu dan daging merupakan sumber CLA yang lebih baik dibandingkan CLA yang berasal dari produk ternak non ruminansia (unggas, babi) dan tanaman. Susu dan produk olahan susu merupakan sumber yang paling kaya akan CLA dimana keduanya sangat mudah diperoleh dan diterima oleh sebagian besar konsumen di Indonesia.
Selama satu dekade terakhir, CLA menjadi perhatian banyak ilmuwan di dunia karena diketahui mempunyai beberapa sifat positif yang sangat penting untuk memelihara kesehatan dan mencegah beberapa penyakit kronis baik pada manusia maupun hewan. Beberapa studi telah dilakukan pada kultur sel, hewan model dan manusia bahwa CLA mempunyai potensi sebagai anti kanker, antiatherogenik immunomodulator, memacu pertumbuhan, aktivitas anti-mutagenik, mempengaruhi pembagian lemak di dalam tubuh, untuk menormalkan kembali toleransi terhadap kadar gula yang rendah (to normalize impaired glucose tolerance) dan memperbaiki hyperinsulinemia pada rat dengan gejala diabetes, diferensiasi sel dan metabolism lipid, mengurangi pertambahan lemak tubuh, menunda serangan awal diabetes tipe II, memperlambat perkembangan atherosclerosis, memperbaiki mineralisasi tulang dan mengatur system imunitas.
Hasil penelitan juga telah menunjukkan bahwa mengkonsumsi CLA dengan kadar lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat konsumsi rata-rata masyarakat umumnya sangat efektif sebagai sarana proteksi bagi tubuh kita terhadap penyakit-penyakit yang sangat membahayakan tersebut.

SEPUTAR CONJUGATED LINOLEIC ACID (CLA)

CLA merupakan akronim dari Conjugated linoleic acid (asam linoleat terkonjugasi) bisa digambarkan sebagai campuran dari asam linoleat (18;2 n-6 or 9,12- cis,cis-octadecadienoic acid,LA) yang terbentuk secara alami dengan asam isomer geometrisnya, yang ikatan gandanya terisolasi oleh ikatan tunggalnya (“conjugated dienes”) dan dapat terjadi pada kedua konfigurasi geometrik cis dan trans.
Ikatan rangkap terkonjugasi terjadi pada atom karbon ke-10 dan ke-12 atau ke-9 dan ke-11, dengan semua kombinasi cis dan trans yang memungkinkan. Dimana konjugasi ikatan rangkap yang terjadi berperan sebagai radikal bebas untuk media oksidasi LA, tetapi CLA merupakan isomer murni dari LA yang tidak memiliki tambahan atom oksigen. Penjelasan tentang konfigurasi ikatan karbon CLA dapat dilihat pada Gambar 1.1. Sedangkan struktur kimia CLA dapat dilihat pada Gambar 1.2.

Susu dan produk olahannya merupakan sumber diet utama CLA, dimana mengandung lebih dari 20 isomer CLA, tetapi isomer yang paling banyak terdapat di dalam susu adalah isomer cis-9,trans-11 (CLA 9.11) dengan komposisi mencapai  73–93% dari total CLA yang terdapat di dalam susu. Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa isomer CLA 9.11 inilah yang dipercaya memiliki sifat-sifat anti kanker.


PRODUKSI CLA DI DALAM TERNAK RUMINANSIA (SAPI)

Isomer cis-9,trans-11 CLA dikenal juga dengan nama asam rumenic (RA) diproduksi sebagai intermediet transien dalam biohidrogenasi rumen dari asam lemak tidak jenuh (asam linoleat) yang dikonsumsi dalam diet sapi. Hijauan dan biji-bijian yang dikonsumsi oleh ternak ruminansia relatif tinggi kandungan asam linoleat (18:2) dan asam linolenat-nya (18:3). Karena hanya merupakan produk intermediet transien, sumber utama CLA dalam lemak susu adalah dari sintesis endogenous. Sintesis endogenous ini terjadi di dalam kelenjar mammae dan jaringan lainnya melalui bantuan enzim Δ9-desaturase. Substrat yang digunakan adalah asam vaccenic (VA) yang merupakan intermediet biohidrogenasi utama yang dihasilkan dalam rumen baik dari asam linoleat maupun asam linolenat dan selanjutnya katalisis/diubah menjadi  CLA. Proses pembentukan CLA di dalam ternak sapi perah bisa dilihat pada Gambar 2.

SUMBER CLA DALAM DIET

Sembilan isomer CLA dengan posisi isomer geometris berbeda dilaporkan merupakan komponen minor dari berbagai produk makanan. Menariknya makanan yang mengandung lemak yang berasal dari ternak ruminansia (sapi pedaging, sapi perah dan domba) mempunyai kandungan CLA lebih tinggi dibandingkan pada lemak dari ternak non ruminansia dan tanaman.  
Sumber terbaik CLA adalah produk dari sapi perah terutama susu dan produk olahannya, dimana kandungan CLA-nya mencapai lebih dari 73-93%  bentuk aktif asam lemak (9c,11t atau 9t,11c). Konsentrasi CLA di dalam produk yang berasal dari sapi perah berkisar antara  2,9 sampai 8,92 mg/g lemak. Daging sapi mengadung CLA sekitar 57% smapai 85%. Minyak sayur, margarin dan susu formula mengandung sedikit CLA. Konsentrasi CLA pada lemak yang berasal dari ternak non ruminansia (babi, unggas), lemak ikan dan hewan laut lainnya serta minyak sayur berkisar 0,6 sampai 0,9 mg/g lemak. Komposisi CLA dari berbagai macam produk pangan dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan data pada Tabel 1. tersebut menunjukkan bahwa kandungan CLA per gram lemak pada susu dan produk olahannya lebih tinggi dibandingkan produk non ruminansia dan minyak yang berasal dari tanaman.
Kandungan isomer cis-9, trans-11 CLA yang tinggi di dalam lemak yang berasal dari ternak ruminansia dipercaya berhubungan dengan proses isomerisasi asam linoleat dengan posisi isomer geometris yang spesifik oleh bakteri ruminansia. Bakteri rumen, Butyrivibrio fibrisolvens mampu mengubah asam linoleat menjadi asam oleat melalui CLA. Diduga pada microflora saluran pencernaan ternak non ruminansia mempunyai kemampuan terbatas untuk isomerisasi asam linoleat menjadi CLA. Ada beberapa faktor yang menentukan kadar CLA di dalam susu. CLA di dalam lemak susu bervariasi diantara peternakan, individu sapi dalam suatu peternakan, tahapan laktasi dan umur ternak. Prosedur pengolahan pada umumnya dari produk susu tidak mengubah kadar CLA di dalam lemak atau profil isomer CLA di dalam lemak. Disamping itu penyimpanan produk susu dan hasil olahannya hanya memberikan sedikit pengaruh terhadap kadar CLA. Hal ini membuktikan bahwa CLA relatif stabil sepanjang waktu.

POTENSI  YANG MENGUNTUNGKAN DARI CLA BAGI KESEHATAN

Sebagian besar potensi anti karsinogenik di alam ditemukan dari tanaman dan hanya dalam jumlah sedikit. Sebaiknya CLA ditemukan sangat eksklusif dalam produk hewan. Berikut ini adalah beberapa potensi CLA yang sangat menguntungkan bagi kesehatan manusia :
1. CLA memberikan pengaruh sebagai anti kanker
Identifikasi pertama kali bahwa CLA mengandung substansi antimutagenik dilakukan oleh Pariza dan timnya. Penelitian yang dilakukan pada tahun 1997 menunjukkan bahwa daging mentah dan daging giling mengandung komponen yang dapat menghambat mutagenesis. Inhibitor ini selanjutnya diidentifikasi mempunyai aktivitas antikarsinogenik. Peneliti lainnya, He selanjutnya melakukan purifikasi dan identifikasi terhadap antikarsinogen tersebut yaitu berupa empat isomer asam linoleat dengan “conjugated diene Unsaturation”. Studi dilakukan dengan menggunakan CLA sebagai komponen pangan alami dalam bentuk mentega (butter) yang diperkaya dengan CLA/asam rumenic (RA) dan asam vacenic (VA). Studi selanjutnya dilakukan dengan mengunakan campuran CLA sintetik. CLA telah menunjukkan potensi sebagai antikanker dalam beberapa kultur sel dan hewan model. Studi biomedis dengan menggunakan hewan model menunjukkan bahwa isomer cis-9,trans-11 CLA yang menunjukkan mempunyai aktivitas antikarsinogenik. Aksi CLA dalam menghambat proliferasi beberapa sel kanker telah diobservasi secara luas pada beberapa tipe kanker seperti kelenjar susu/payudara, colorectal, prostat, dan perut bagian depan (forestomach) tetapi hasil yang paling mengejutkan dilaporkan yang berhubungan dengan kanker kelenjar susu.

2. Pengaruh CLA sebagai antiatherogenik
Percobaan pada hewan model menunjukkan pengaruh CLA pada proses atherosclerosis. Kelinci diberi diet pakan mengandung 0.5 g CLA/hari selama 22 minggu, hasilnya terjadi pengurangan total plasma dan LDL kolesterol, rasio LDL/HDL kolesterol dan level trigliserida setelah 12 minggu. Hal ini memacu mengurangi gejala penyakit aterosklerosis pada aorta kelinci yang diberi pakan CLA dibandingkan kontrol. Penelitian terbaru dilakukan pada hamster dengan CLA 0,1% selama 11 minggu. Dibandingkan dengan kontrol, hamster yang diberi pakan CLA mempunyai level plasma total kolesterol, kolesterol non-HDL dan trigliserida  yang lebih rendah.

3. CLA dapat mengubah komposisi tubuh
Peran strategis yang sangat menarik dari CLA adalah kemampuan untuk  mempengaruhi komposisi lemak tubuh. Konsumsi CLA dapat menginduksi penurunan lemak tubuh dan meningkatkan lean body mass pada beberapa spesies hewan yang sedang tumbuh dan berkembang (mice, rat, hamster dan babi). Ada sedikit bukti pengaruh CLA pada komposisi tubuh manusia, studi lengkap dilakukan di University of Wisconsin yang melibatkan tiga kelompok dewasa yang obesitas (random- ized, double-blind, placebo-controlled trial) yang disuplementasi 3 gram CLA/hari selama enam bulan, CLA dapat mengurangi produksi lemak.
4. CLA dapt memacu fungsi imunitas/kekebalan tubuh
Studi in vitro pada hewan laboratorium menunjukkan bahwa CLA dapat menstimulasi sistem imunitas.

5. CLA dapat meningkatkan pembentukan tulang
Konsumsi CLA oleh hewan yang sedang tumbuh dan berkembang meningkatkan laju pembentukan tulang dengan mempengaruhi faktor-faktor yang mengatur metabolism tulang. Studi dilakukan pada hewan rodensia yang makan mentega mempunyai kemampuan yang lebih dalam pembentukan tulang trabecular (paling penting untuk mencegah osteoporosis) dibandingkan pada hewan yang dikasih pakan minyak nabati.
6. Pengaruh CLA sebagai anti diabetes
CLA memperbaiki penggunaan glukosa dan membantu memperbaiki gejala-gejala diabetes militus tipe 2 pada hewan laboratorium (rat) yang secara genetik mempunyai resiko terhadap penyakit tersebut.
KESIMPULAN
Dewasa ini telah terjadi peningkatan kepedulian masyarakat Indonesia terhadap makanan dengan kandungan mikrokomponen yang mempunyai pengaruh menguntungkan dalam memelihara kesehatan dan pencegahan terhadap berbagai penyakit. Isomer CLA yang secara alami bisa ditemukan pada lemak susu dan produk olahannya menawarkan keuntungan yang menjanjikan sebagai pangan fungsional yang sangat menguntungkan dalam diet kita. Hal ini didasarkan pada beberapa percobaan yang dilakukan pada hewan model secara in vitro. Sebagaimana kita ketahui dari pembahasan diatas bahwa CLA merupakan senyawa fungsional sebagai antikarsinogenik dan beberapa penyakit berbahaya lainnya yang unik ditemukan pada ternak, tidak seperti senyawa fungsional lainnya yang berperan sama yang sebagian besar ditemukan pada tanaman.
Berdasarkan penemuan ilmiah baru mengindikasikan bahwa beragam peran fisiologis CLA bisa dijelaskan oleh pengaruh biologis yang unik dari isomer-isomer CLA yang berbeda.  Meskipun masih banyak sekali pertanyaan seputar CLA ini yang belum terungkap, akan tetapi dengan melihat potensi CLA yang menguntungkan bagi kesehatan merupakan alasan lain yang bisa kita gunakan kenapa kita sebaiknya mengkonsumsi makanan yang kaya akan CLA sebagai bagian dari diet yang menyehatkan. 

Komentar